A. Masa
Kemunduran (1250 -1500 M) – Bangsa Mongol dan Dinasti Ilkhan
Pada tahun 565 H/1258 M, tentara
Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad.
Khalifah Al-Mu’tashim betul-betul tidak berdaya dan tidak mampu membendung
“topan” tentara Hulagho Khan. Kota Baghdad dihancurkan rata dengan tanah, dan
Hulagho Khan menancapkan kekuasaan di Banghdad selama dua tahun, sebelum
melanjutkan gerakan ke Syiria dan Mesir.
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun
1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di
sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban
Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat
kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh
pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan tersebut.
Bangsa Mongol berasal dari daerah
pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara,
Tibet Selatan dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka
bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putera kembar, Tatar dan Mongol. Kedua
putera itu melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar. Mongol
mempunyai anak bernama Ilkhan, yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol
di kemudian hari.
Dalam rentang waktu yang sangat
panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah
dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, menggembala kamhing dan
hidup dari hasil buruan. Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional,
yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan binatang yang lain, baik di antara
sesama mereka maupun dengan bangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga mereka.
Sebagaimana umumnya bangsa nomad, orang-orang Mongol mempunyai watak yang
kasar, suka berperang, dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya.
Akan tetapi, mereka sangat patuh kepada pemimpinnya. Mereka menganut agama
Syamaniah (Syamanism), menyembah bintang-bintang, dan sujud kepada matahari
yang sedang terbit.
Kemajuan bangsa Mongol secara
besar-besaran terjadi pada masa kepemimpinan Yasugi Bahadur Khan. la herhasil
menyatukan 13 kelompok suku yang ada waktu itu. Setelah Yasugi meninggal,
puteranya, Timujin yang masih berusia 13 tahun tampil sebagai pemimpin. Dalam
waktu 30 tahun, ia berusaha memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan
hangsa Mongol dengan suku bangsa lain sehingga menjadi satu pasukan yang
teratur dan tangguh. Pada tahun 1206 M, ia mendapat gelar Jengis Khan, Raja
Yang Perkasa. la menetapkan suatu undang-undang yang disebutnya Alyasak atau
Alyasah, untuk mengatur kehidupan rakyatnya. Wanita mempunyai kewajiban/yang
sama dengan laki-laki dalam kemiliteran. Pasukan perang dibagi dalam beberapa
kelompok besar dan kecil, seribu, dua ratus, dan sepuluh orang. Tiap-tiap
kelompok dipimpin oleh seorang komandan. Dengan demikian bangsa Mongol
mengalami kemajuan pesat di bidang militer.
Setelah pasukan perangnya
terorganisasi dengan baik, Jengis Khan berusaha memperluas wilayah kekuasaan
dengan melakukan penaklukan terhadap daerah-daerah lain. Serangan pertama
diarahkan ke kerajaan Cina. la herhasil menduduki Peking tahun 1215 M. Sasaran
selanjutnya adalah negeri-negeri Islam. Pada tahun 606 H/1209 M, tentara Mongol
keluar dari negerinya dengan tujuan Turki dan Ferghana, kemudian terus ke
Samarkand. Pada mulanya mereka mendapat perlawanan berat dari penguasa
Khawarizm, Sultan Ala al-Din di Turkistan. Pertempuran berlangsung seimbang.
Karena itu, masing-masing kembali ke negerinya. Sekitar sepuluh tahun kemudian
mereka masuk Bukhara, Samarkand, Khurasan, Hamadzan, Quzwain, dan sampai ke
perbatasan Irak. Di Bukhara, ibu kota Khawarizm, mereka kembali mendapat
perlawanan dari Sultan Ala al-Din, tetapi kali ini mereka dengan mudah dapat
mengalahkan pasukan Khawarizm, Sultan Ala al-Din tewas dalam pertempuran di
Mazindaran tahun 1220 M. la digantikan oleh puteranya, Jalal al-Din yang
kemudian melarikan diri ke India karena terdesak dalam pertempuran di dekat
Attock tahun 1224 M. Dari sana pasukan Mongol terus ke Azerbaijan: Di setiap
daerah yang dilaluinya, pembunuhan besar-besaran terjadi. Bangunan-bangunan
indah dihancurkan sehingga tidak berbentuk lagi, demikian juga isi bangunan
yang sangat bernilai sejarah. Sekolah-sekolah, mesjid-mesjid dan gedung-gedung lainnya
dibakar.
Pada saat kondisi fisiknya mulai
lemah, Jengis Khan membagi wilayah kekuasaannya menjadi empat bagian kepada
empat orang puteranya, yaitu Juchi, Chagatai, Ogotai dan Tuli. Chagatai
berusaha menguasai kembali daerah-daerah Islam yang pemah ditaklukkan dan
berhasil merebut Illi, Ferghana, Ray, Hamazan, dan Azerbaijan. Sultan
Khawarizm, Jalal al-Din berusaha keras membendung serangan tentara Mongol ini,
namun Khawarizm tidak sekuat dulu. Kekuatannya sudah banyak terkuras dan
akhirnya terdesak. Sultan melarikan diri. Di sebuah daerah pegunungan ia
dibunuh oleh seorang Kurdi. Dengan demikian, berakhirlah kerajaan Khawarizm.
Kematian Sultan Khawarizmsyah itu membuka jalan bagi Chagatai untuk melebarkan
sayap kekuasaannya dengan lebih leluasa.
Saudara Chagatai, Tuli Khan
menguasai Khurasan. Karena kerajaan-kerajaan Islam sudah terpecah belah dan
kekuatannya sudah lemah. Tuli dengan mudah dapat menguasai Irak. la meninggal
tahun 654 H/1256 M, dan digantikan oleh puteranya, Hulagu Khan.
Pada tahun 656 H/1258 M, tentara
Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad.
Khalifah al-Mu’tashim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243 – 1258),
betul-betul tidak mampu membendung “topan” tentara Hulagu Khan. Pada saat yang kritis
tersebut, wazir khilafah Abbasiyah. Ibn al-’ Alqami ingin mengambil kesempatan
dengan menipu khalifah. la mengatakan kepada khalifah. “Saya telah menemui
mereka untuk perjanjian damai. Raja (Hulagu Khan) ingin mengawinkan anak
perempuannya dengan Abu Bakr. putera khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan
akan menjamin posisimu. la tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan,
sebagaimana kakek- kakekmu terhadap sultan-sultan Seljuk.
Khalifah menerima usul itu. la
keluar bersama beberapa orang pengikut dengan membawa mutiara, permata dan
hadiah-hadiah berharga lainnya untuk diserahkan kepada Hulagu Khan.
Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para panglimanya. Kebe-
rangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari ahli
fikih dan orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan sungguh di luar
dugaan khalifah. Apa yang dikatakan wazirya temyata tidak benar. Mereka semua.
termasuk wazir sendiri. dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran.
Dengan pembunuhan yang kejam ini. berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad.
Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain
yang dilalui tentara Mongol tersebut.
Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu
Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan
gerakan ke Syria dan Mesir. Dari Baghdad pasukan Mongol menyeberangi sungai
Euphrat menuju Syria, kemudian melintasi Sinai, Mesir. Pada tahun 1260 M mereka
berhasil menduduki Nablus dan Gaza. Panglima tentara Mongol, Kitbugha, mengirim
utusan ke Mesir meminta supaya Sultan Qutuz yang menjadi raja kerajaan Mamalik
di sana menyerah. Permintaan itu ditolak oleh Qutuz, bahkan utusan Kitbugha
dibunuhnya.
Tindakan Qutuz ini menimbulkan
kemarahan di kalangan tentara Mongol. Kitbugha kemudian melintasi Yordania
menuju Galilie. Pasukan ini bertemu dengan pasukan Mamalik yang dipimpin
langsung oleh Qutuz dan Baybras di ‘ Ain Jalut. Pertempuran dahsyat terjadi,
pasukan Mamalik berhasil menghancurkan tentara Mongol, 3 September 1260 M.
Baghdad dan daerah-daerah yang
ditaklukkan Hulagu selanjutnya diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah
gelar yang diberikan kepada Hulagu. Daerah yang dikuasai dinasti ini adalah
daerah yang ter1etak antara Asia Kecil di barat dan India di timur, dengan
ibukotanya Tabriz. Umat Islam, dengan demi dipimpin oleh Hulagu Khan, seorang
raja yang beragama Syamanism. Hulagu meninggal tahun 1265 M dan diganti oleh
anaknya, Abaga ( 1265-1282 M) yang masuk Kristen. Baru rajanya yang ketiga,
Ahmad Teguder ( 1282-1284M), yang masuk Islam. Karena masuk Islam, Ahmad
Teguder ditantang oleh pembesar- pembesar kerajaan yang lain. Akhimya, ia
ditangkap dan dibunuh oleh Arghun yang kemudian menggantikannya menjadi raja
(1284-1291 M). Raja dinasti Ilkhan yang keempat ini sangat kejam terhadap umat
Islam. Banyak di antara mereka yang dibunuh dan diusir .
Selain Teguder, Mahmud Ghazan (
1295-1304 M), raja yang ketujuh, dan raja-raja selanjutnya adalah pemeluk agama
Islam. Dengan masuk Islamnya Mahmud Ghazan -sebelumnya beragama Budha, Islam
meraih kemenangan yang sangat besar terhadap agama Syamanisme. Sejak itu pula
orang-orang Persia mendapatkan kemerdekaannya kembali .
Berbeda dengan raja-raja sebelumnya,
Ghazan mulai memperhatikan perkembangan peradaban. la seorang pelindung ilmu
pengetahuan dan sastera. la amat gemar kepada kesenian terutama arsitektur dan
ilmu pengetahuan alam seperti astronomi, kimia, mineralogi, metalurgi dan
botani. la membangun semacam biara untuk para darwis, perguruan tinggi untuk
mazhab Syafi’i dan Hanafi, sebuah perpustakaan, observatorium, dan
gedung-gedung umum lainnya. la wafat dalam usia muda, 32 tahun, dan digantikan
oleh Muhammad Khudabanda Uljeitu (1304-1317 M), seorang penganut syi’ah yang
ekstrem. la mendirikan kota raja Sultaniyah, dekat Zan jan. Pada masa
pemerintahan Abu Sa’ id ( 1317-1335 M), pengganti Muhammad Khudabanda, terjadi
bencana kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan dengan hujan es yang
mendatangkan malapetaka. Kerajaan Ilkhan yang didirikan Hulagu Khan ini
terpecah belah sepeninggal Abu Sa’id. Masing-masing pecahan saling memerangi.
Akhirnya, mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.
B.
Serangan – serangan Timur Lenk
Timur
Lenk merupakan keturunan bangsa mongol yang beragama islam, tetapi kebiadaban
dan kekejamannya masih melekat kuat. Timur Lenk lahir pada tanggal 8 April 1336
M/25 Sya’ban 736 H di Samarkhan (Transoxiana) dan meninggal di Otrar pada tahun
1404 M. Timur Lenk merupakan raja yang suka berperang, dia suka menaklukan
kerajaan-kerajaan lain di masa hidupnya. Ia pernah berkata “Sebagaimana hanya
ada satu Tuhan di alam ini, maka di bumi seharusnya hanya ada seorang raja”.
Pada tahun pemerintahanya ia banyak menaklukan kerajaan-kerajaan lain. Timur
Lenk menghabiskan waktunya selama 35 tahun dalam berbagai pertempuran dan
ekspedisi. Didukung pasukan Turki yang loyalis dan para tokoh Muslim serta
ulama, Timur pun melakukan perluasan kekuasaan. Dia dikenal sebagai seorang
tentara yang jenius. Kariernya di bidang militer yang gemilang telah
mengantarkannya untuk mendirikan Dinasti Timurid di kawasan Asia Tengah.
Keberanian dan ketangguhannya dalam berekspansi dan memimpin telah
berkontribusi bagi perkembangan dan peradaban Islam. Dia dijuluki sebagai sang
penakluk. Pemimpin yang dikenal memiliki perhatian besar terhadap penyebaran
Islam itu bernama Timur Lenk atau Timurlane. Raja Timurid pertama itu terlahir
di kota Kish, sekitar 80 km sebelah selatan Samarkand, Provinsi Transoksania.
Timur adalah keturunan Mongol-Turki. Timur masih keturunan Jengiz Khan,
pemimpin bangsa Mongol Raya.
Belum
sempat bangkit dari kejatuhan, seabad kemudian malapetaka yang tidak kalah
dahsyatnya kembali terjadi. Penyerangan kali ini yang dipimpin oleh Tmur Lenk
atau Timur si Pincang ke dunia Islam tidak kurang membawa kehancuarn, bahkan ia
lebih kejam daripada Jengiskhan atau Hulagukhan. Berbeda dengan Jengiskhan atau
Hulagukhan yang masih menganut kepercayaan Syamaniah, Timur Lenk ini sudah
menganut agama “Islam”.
Pada
tanggal 10 April 1370 M. Timur Lenk memploklamirkan diri sebagi penguasa
tunggal di Tranxosiana. Ia berencana untuk menaklukan daerah-daerah yang pernah
dikuasai oleh Jengiskhan. Ia berkata : “Sebagaimana hanya ada satu Tuhan di ala
mini, maka di bumi seharusnya hanya ada seorang raja.: pada tahun 1381 M, ia
menaklukan Khurasan, terus ke Afganistan, Persia,Fars dan Kurdistan.
Di
setiap negeri yang ditaklukannya ia mengadakan pembantaian besar-besaran
terhadap siapa saja yang menghalangi rencananya, misalnya di Afganistan ia
membangun menara yang disusun dari 2000 mayat yang dibalut dengan batu dari
tanah liat; di Iran ia membangun menara dari 70000 kepala manusia yang sudah
dipisahkan dari badannya; di India ia membantai lebih dari 80000 tawanan; di
Sivas, Anatolia sekitar 4000 tentara Armenia dikubur hidup-hidup. Pada tahun
1401 M, ia memasuki daerah Syiria bagian utara. Tiga hari lamanya Aleppo
dihancur leburkan. Kepala dari 20000 penduduk dibuat Pyramid setinggi 10 hasta
dan kelilingnya 20 hasta dengan wajah mayat menghadap keluar.
Banyak
bangunan, seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman Nurudiin Zanky
dari Ayyubi dihancurkan. Demikian pula
Damaskus dikuasainya, sehingga masjid Umayah yang bersejarah mengalami
kerusakan berat. Setelah itu serangan diteeruskan ke Baghdad, dan membantai
20000 penduduknya. Dari mayat-mayat tersebut ia membuat 120 menara sebagai
tanda kemenangan. Timur Lenk berambisi juga untuk menguasai kerajaan Usmani di
Turki, karena kerajaan ini banyak menguasai daerah-daerah bekas imperium
Jengiskhan dan Hulagukhan.
Pada
tahun 1420 M, terjadi pertempuran yang sangat hebat di Ankara. Tentara Usmani
mengalami kekalahan. Sultan Usmani (Bayazid 1) sendiri tertawan dan mati dalam
tawanan. Setelah itu Timur Lenk kembali ke Samarkhand. Ia berencana mengadakan
invasi ke Cina. Namun di tengah perjalanan ia menderita sakit yang membawa
kepada kematiannya pada usia 71 tahun. Tepatnya tahun 1401 M, dan mayatnya di
bawa ke samarkhand.
Sekalipun
Timur Lenk ini terkenal sangat ganas dan kejam, teteapi Timur Lenk adalah sosok
yang bias dibilang saleh, karena ia sempat memperhatikan pengembangan Islam.
Konon ia penganut Syi`ah yang taat dan menyukai tarekat Naqsyabandiyah. Dalam
setiap perjalanannya ia selalu
mengikutsertakan para ulama, sastrawan dan seniman. Ia sangat
menghormati para ulama. Walaupun terkadang ia memaksakan suatu fatwa kepada
ulama agar memperbolehkan apa yang dilakukannya.
C.
Kemunduran
dinasti mamalik di Mesir
Kalau ada negeri Islam yang selamat dari kehancuran akibat
serangan-serangan bangsa Mongol, baik serangan Hulagu Khan maupun Timur Lenk,
maka negeri itu adalah Mesir yang ketika itu berada di bawah kekuasaan dinasti
Mamalik. Karena negeri ini terhindar dari kerhancuran, maka persambungan
perkembangan peradaban dengan masa klasik relatif terlihat dan beberapa
diantara prestasi yang pernah dicapai pada masa klasik bertahan di Mesir.
Walaupun demikian, kemajuan yang dicapai oleh dinasti ini, masih di bawah
prestasi yang pernah dicapai oleh umat Islam pada masa klasik. Hal itu mungkin
karena metode berpikir tradisional sudah tertanam sangat kuat sejak
berkembangnya aliran teologi 'Asy'ariyah, filsafat mendapat kecaman sejak
pemikiran al- Ghazali mewarnai pemikiran mayoritas umat Islam, dan yang lebih
penting lagi adalah karena Baghdad dengan fasilitas-fasilitas ilmiahnya yang
banyak memberi inspirasi ke pusat-pusat peradaban Islam, hancur.
Mamalik adalah jamak dari Mamluk yang berarti budak. Dinasti Mamalik memang didirikan oleh
para budak. Mereka pada mulanya adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa
dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan tentaranya.
Mereka ditempatkan pada kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Oleh
penguasa Ayyubiyah yang terakhir, al-Malik
al-Salih, mereka dijadikan pengawal untuk
menjamin kelangsungan kekuasaannya. Pada masa penguasa ini, mereka mendapat
hak-hak istimewa, baik dalam karier ketentaraan maupun dalam imbalan-imbalan
material. Pada umumnya mereka berasal dari daerah Kaukasus dan Laut Kaspia. Di
Mesir mereka ditempatkan di pulau Raudhah di Sungai Nil untuk menjalani latihan
militer dan keagamaan. Karena itulah, mereka dikenal dengan julukan Mamluk Bahri Laut). Saingan
mereka dalam ketentaraan pada masa itu adalah tentara yang berasal dari suku
Kurdi.
Ketika al-Malik al-Salih meninggal (1249
M), anaknya, Turansyah, naik tahta sebagai Sultan. Golongan Mamalik merasa
terancam karena Turansyah lebih dekat kepada tentara asal Kurdi daripada
mereka. Pada tahun 1250 M Mamalik di bawah pimpinan Aybak dan Baybars berhasil
membunuh Turansyah. Istri al-Malik al-Salih, Syajarah al-Durr, seorang yang
juga berasal dari kalangan Mamalik berusaha mengambil kendali pemerintahan,
sesuai dengan kesepakatan golongan Mamalik itu. Kepemimpinan Syajaruh al-Durr
berlangsung sekitar tiga bulan. Ia kemudian kawin dengan seorang tokoh Mamalik
bernama Aybak dan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepadanya sambil berharap
dapat terus berkuasa di belakang tabir. Akan tetapi segera setelah itu Aybak membunuh
Syajarah al-Durr dan mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan. Pada mulanya,
Aybak mengangkat seorang keturunan penguasa Ayyubiyah bernama Musa sebagai
Sultan "syar'i" (formal) disamping dirinya yang bertindak sebagai
penguasa yang sebenarnya. Namun, Musa akhirnya dibunuh oleh Aybak. Ini
merupakan akhir dari dinasti Ayyubiyah di Mesir dan awal dari kekuasaan dinasti
Mamalik.
Aybak berkuasa selama tujuh tahun
(1250-1257 M). Setelah meninggal ia digantikan oleh anaknya, Ali yang masih
berusia muda. Ali kemudian mengundurkan diri pada tahun 1259 M dan digantikan
oleh wakilnya, Qutuz. Setelah Qutuz naik tahta, Baybars yang mengasingkan diri
ke Syria karena tidak senang dengan kepemimpinan Aybak kembali ke Mesir. Di
awal tahun 1260 M Mesir terancam serangan bangsa Mongol yang sudah berhasil
menduduki hampir seluruh dunia Islam. Kedua tentara bertemu di Ayn Jalut, dan
pada tanggal 13 September 1260 M, tentara Mamalik di bawah pimpinan Qutuz dan
Baybars berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut. Kemenangan atas tentara
Mongol ini membuat kekuasaan Mamalik di Mesir menjadi tumpuan harapan umat
Islam di sekitarnya. Penguasa-penguasa di Syria segera menyatakan setia kepada
penguasa Mamalik.
Tidak lama setelah itu Qutuz meninggal
dunia. Baybars, seorang pemimpin militer yang tangguh dan cerdas, diangkat oleh
pasukannya menjadi Sultan (1260- 1277 M. Ia adalah sultan terbesar dan
termasyhur diantara Sultan Mamalik. Ia pula yang dipandang sebagai pembangun
hakiki dinasti Mamalik.
Sejarah dinasti yang berlangsung sampai
tahun 1517 M, ketika dikalahkan oleh Kerajaan Usmani, ini dibagi menjadi dua
periode. Pertama, periode
kekuasaan Mamluk Bahri, sejak berdirinya (1250 M) sampai berakhirnya
pemerintahan Hajji II tahun 1389 M. Kedua periode kekuasaan Mamluk Burji, sejak berkuasanya Burquq
untuk kedua kalinya tahun 1389 M sampai kerajaan ini dikalahkan oleh kerajaan
Usmani tahun 1517 M.
Dinasti Mamalik membawa warna baru dalam
sejarah politik Islam. Pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer,
kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qalawun (1280-1290 M) menerapkan
pergantian sultan secara turun temurun. Anak Qalawun berkuasa hanya empat
tahun, karena kekuasaannya direbut oleh Kitbugha (1295- 1297 M). Sistem
pemerintahan oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di Mesir. Kedudukan amir
menjadi sangat penting. Para amir berkompetisi dalam prestasi, karena mereka
merupakan kandidat sultan. Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam bebagai bidang,
seperti konsolidasi pemerintahan, perekonomian, dan ilmu pengetahuan.
Dalam bidang pemerintahan, kemenangan
dinasti Mamalik atas tentara Mongol di 'Ayn Jalut menjadi modal besar untuk
menguasai daerah-daerah sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa dinasti kecil
menyatakan setia kepada kerajaan ini. Untuk menjalankan pemerintahan di dalam
negeri, Baybars mengangkat kelompok militer sebagai elit politik. Disamping
itu, untuk memperoleh simpati dari kerajaan-kerajaan Islam lainnya, Baybars
membaiat keturunan Bani Abbas yang berhasil meloloskan diri dari serangan
bangsa Mongol, al-Mustanshir sebagai khalifah. Dengan demikian, khilafah
Abbasiyah, setelah dihancurkan oleh tentara Hulago di Baghdad, berhasil
dipertahankan oleh dinasti ini dengan Kairo sebagai pusatnya. Sementara itu,
kekuatan-kekuatan yang dapat mengancam kekuasaan Baybars dapat dilumpuhkan,
seperti tentara Salib di sepanjang Laut Tengah, Assasin di pegunungan Syria,
Cyrenia (tempat berkuasanya orang-orang Armenia), dan kapal-kapal Mongol di
Anatolia.
Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamalik
membuka hubungan dagang dengan Perancis dan Italia melalui perluasan jalur
perdagangan yang sudah dirintis oleh dinasti Fathimiyah di Mesir sebelumnya.
Jatuhnya Baghdad membuat Kairo, sebagai jalur perdagangan antara Asia dan
Eropa, menjadi lebih penting karena Kairo menghubungkan jalur perdagangan Laut
Merah dan Laut Tengah dengan Eropa. Disamping itu, hasil pertanian juga
meningkat. Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini didukung oleh pembangunan
jaringan transportasi dan komunikasi antarkota, baik laut maupun darat.
Ketangguhan angkatan laut Mamalik sangat membantu pengembangan perekonomiannya.
Di bidang ilmu pengetahuan, Mesir
menjadi tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara
Mongol. Karena itu, ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah,
kedokteran, astronomi, matematika, dan ilmu agama. Dalam ilmu sejarah tercatat
nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, ibn Taghribardi, dan Ibn Khaldun. Di
bidang astronomi dikenal nama Nasir al-Din al- Tusi. Di bidang matematika Abu
al-Faraj al-'Ibry . Dalam bidang kedokteran: Abu al-Hasan ' Ali al-Nafis,
penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, Abd al-Mun'im
al-Dimyathi, seorang dokter hewan, dan al-Razi, perintis psykoterapi. Dalam
bidang opthalmologi dikenal nama Salahuddin ibn Yusuf. Sedangkan dalam bidang
ilmu keagamaan, tersohor nama ibn Taimiyah, seorang pemikir reformis dalam
Islam, al-Sayuthi yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Ibn Hajar al- 'Asqalani
dalam ilmu hadits dan lain-lain.
Dinasti Mamalik juga banyak mengalami
kemajuan di bidang arsitektur. Banyak arsitek didatangkan ke Mesir untuk
membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain
yang didirikan pada masa ini diantaranya adalah rumah sakit, museum,
perpustakaan, villa-villa, kubah dan menara masjid.
Kemajuan-kemajuan itu tercapai berkat
kepribadian dan wibawa Sultan yang tinggi, solidaritas sesama militer yang
kuat, dan stabilitas negara yang aman dari gangguan. Akan tetapi, ketika
faktor-faktor tersebut menghilang, dinasti Mamalik sedikit demi sedikit mengalami
kemunduran. Semenjak masuknya budak-budak dari Sirkasia yang kemudian dikenal
dengan nama Mamluk Burji yang untuk pertama
kalinya dibawa oleh Qalawun, solidaritas antar sesama militer menurun, terutama
setelah Mamluk Burji berkuasa. Banyak penguasa Mamluk Burji yang bermoral
rendah dan tidak menyukai ilmu pengetahuan. Kemewahan dan kebiasaan
berfoya-foya di kalangan penguasa menyebabkan pajak dinaikkan. Akibatnya,
semangat kerja rakyat menurun dan perekonomian negara tidak stabil. Disamping
itu, ditemukannya Tanjung Harapan oleh Eropa tahun 1498 M, menyebabkan jalur
perdagangan Asia-Eropa melalui Mesir menurun fungsinya. Kondisi ini diperparah
oleh datangnya kemarau panjang dan berjangkitnya wabah penyakit.
Di pihak lain, suatu kekuatan politik
baru yang besar muncul sebagai tantangan bagi Mamalik, yaitu kerajaan Usmani.
Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat Mamalik di Mesir. Dinasti Mamalik kalah
melawan pasukan Usmani dalam pertempuran menentukan di luar kota Kairo tahun
1517 M. Sejak itu wilayah Mesir berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani
sebagai salah satu propinsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,jakarta: PT Grafindo Persada,1993,
hlm 111
Khudari
Bek, Muhadharat Tarikh al-Umam al-Islamiyah (Kairo: Al-Maktabah Al-Kubra, 1970)
Dedi
Supriyadi, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008)
Arthur
Goldschmidt,Jr.,A Concise History of the middle East, (Colorado: Westview
Press, 1983)
Hassan
Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Kota Kembang, 1989),
hlm. 307.
Encyclopaedia
Americana, Vol. 26, (Connecticut: Glorier Incorporated)
http://www.masa
kemunduran bangsa mongol.com
http://uin.blogspot.com/sejarah -peradaban -islam html.